SELAYANG PANDANG
Perkembangan Iman Katolik Paroki Sang Penebus Batuputih
Wilayah Muara Dua Ogan Komering Ulu Selatan
Wilayah Muara Dua Ogan Komering Ulu Selatan
Wilayah Muaradua terdiri dari
Muaradua kota, Gemiyung dan Muaradua Kisam. Muaradua kota berada di kota
Muaradua, sedangkan Gemiyung dan Muaradua Kisam berada di luar kota Muaradua.
Gemiyung
Pada tahun 1977 ada umat empat keluarga
umat Katolik dari Sukaraja paroki Bangunsari merantau ke Gemiyung Desa Jagaraga
kecamatan Simpang Martapura, untuk mencari lahan tanah demi perbaikan ekonomi
keluarga. Adapun keluarga yang merantau:
1.
Keluarga
Bapak Petrus Sukiran
2.
Keluarga
Bapak Gabriel Tukiran
3.
Keluarga
Bapak Mangun
4.
Keluarga
Bapak Beimin
Selama
dalam perantauan, fokus perjuangan mereka adalah perbaikan taraf kehidupan
ekonomi, maka kehidupan beriman akan Yesus Kristus kurang begitu mereka
perhatikan. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal, yang pertama adalah focus
pada perbaikan ekonomi, kedua karena tidak pernah ada pembinaan iman katolik
dari para pelayan imann, dan lokasi mereka terpencil dan jauh dari Gereja.
Sebagai dampak dari situasi yang demikian adalah banyaknya anak-anak dari empat
keluarga ini yang menikah di luar katolik, terutama agama Islam. Situasi yang
demikian bertahan hampir selama delapan tahun.
Melihat situasi tersebut di atas, lebih
kurang tahun 1985 anak bapak Petrus Sukiran yang bernama D. Darwiyatno minta
kepada kategis Sukaraja setasi asal mereka, untuk melayani umat katolik
Gemiyung tetapi tidak ada tanggapan sama sekali. Akhirnya umat katolik Gemiyung
benar-benar tenggelam dalam kegelapan.
Pada tahun 1990, pak Bardiyo umat
katolik dari Tran Way Tuba pindah ke Damarpura untuk mencari lahan tanah
pertanian. Setelah lebih kurang setengah bulan di Damarpura,
mendengar berita bahwa di Gemiyung ada umat katolik. Maka pak Bardiyo
berusaha pergi ke Gemiyung untuk membuktikan, ternyata ada benar. Ketemu pak
Petrus Sukiran dan anaknya D. Darwiyatno. Dalam pertemuan itu pak Baardiyo
bertanya apa kiranya pak Sukiran dan kawan-kawan mau bangkit lagi dalam iman
katolik.? Jawab mereka mau, asal ada yang membinanya atau melayani.
Untuk membuktikan bahwa mereka
benar-benar mau bangkit lagi, pada tanggal 25 Desember 1990 diajak merayakan
Natal yang dipimpin pak Bardiyo, kelihatan bersemangat dan bergaerah. Dengan
melihat semangat umat katolik Gemiyung, pada tanggal 27-12-90 pak bardiyo usaha
mencari Pastor Batuputih, namun tidak ketemu. Hanya ketemu dengan pak FX.
Soedjijanto di Gereja. Setelah banyak ceritera berita, akhirnya pak FX.
Soedjijanto memutuskan pada tanggal 7 Januari 1991 pagi pak FX. Soedjijanto mau
berkunjung ke Gemiyung. Sebab pada tanggal 6 Januari 1991 malam pak FX.
Soedjijanto pergi ke setasi Muara Dua dan paginya langsung ke Gemiyung bersama
keluarga pak Bardiyo untuk kunjungan yang poertama, mengadakan perkenalan dan
ibadat sabda, dibacakan Injil Luk 15:11-32 tentang anak hilang selanjutnya
disepakati setiap sebulan sekali pak FX. Soedjijanto datang melayani pelajaran
agama dan ibadat sabda selama satu tahun.
Setelah dibina selam satu tahun, pada
masa Paskah tahun 1992 pastor Harjao dengan Frater Kristianto dan Frater Edy
Prastyo berserta beberapa mudika dari Batuputih datang ke Gemiyung. Seterusnya
Gemiyung dilayani pastor Martinus Mardiyono sebulan sekali. Akhirnya
pertengahan tahun 1992 umat katolik Gemiyung diadakan pertobatan dan
pembabtisan serta penggukuhan perkawinan. Pada waktu pertobatan, diujani air
mata, karena terharu sudah tiga belas tahun meninggalkan Gereja, dan tenggelam
dalam kegelapan. Dengan terang Kristus yang selalu memancarkan cahaya Roh Kudus
Iman umat katolik semakin berkembang. Dari empat keluarga sekarang menjadi
delapan belas keluarga.
Muaradua Kisam
Pada bulan Juni 1984 ada pemindahan
penduduk dari Lampung, antara lain dari pelabuhan Maringgih, ke daerah
kecamatan Muara Dua Kisam, tepatnya Tran Sumberagung kelurahan Ulak Agung Ilir.
Dalam rombongan tersebut ada satu keluarga katolik, pak Tukiyat namanya.
Kemudian pada bulan Agustus 1984 datang lagi serombongan orang Bali dai desa
Patok, daerah Palas Kalianda ke gunung Gara kecamatan Muara Dua Kisam, tepatnya
di Tran Bali Gunung Gara. Dalam rombongan tersebut ada orang katolik satu
keluarga Sagimin, dan satu bujangan Sutejo.
Pada tanggal 11 Februari 1985, keluarga
Sagimin dan Sutejo mengadakan kegiatan doa Rosario yang pertama. Setelah
beberapa bulan, pak Tukiyat dari Tran Sumberagung mengetahui dan ikut kegiatan
tersebut. Kegiatan berikutnya diikuti oleh Protestan, satu keluarga
Hardiwardoyo, dan stu duda Solihin. Setelah berjalan beberapa Minggu lagi pak
Bejo satu keluarga dari Islam ikut kegiatan tersebut.
Setelah kegiatan berjalan tujuh bulan,
mereka bermusyawarah untuk mencari seorang pastor di Baturaja yaitu Tegal Arum.
Maka pada bulan Agustus 1985, pak Tukiyat berangkat ke Tegal Arum untuk melapor
kepada pastor, bahwa di Muara Dua Kisam ada orang katolik beberapa keluarga,
minta dilayani. Namun pak Tukiyat tidak bertemu dengan pastor, melainkan hanya
pesan kepada Muder Bernadet, supaya melaporkan kepada pastor, tetapi tiak ada
tanggapan sama sekali dari pastor. Kegiatan berkumpul dan berdoa setiap Minggu
makin rutin. Pada bulan Maret 1986, pak Tukiyat berangkat lagi ke Tegal Arum
untuk kedua kalinya, menemui Muder Bernadet. Akirnya oleh Muder Bernadet, pak
Tukiyat diantar bertemu pastor Harjo di Baturaja. Setelah bermusyawarah, Pastor
Hardjo menangapi dengan positif, dan disanggupi pada tanggal 14 Maret 1986
pastor mau datang minta di jemput. Pada waktu itulah Muder Bernadet mengatakan
kepada pastor Harjo, bahwa Uskup Mekelhod pernah mengatakan dengan Muder, besok
lambat laun Muara Dua dan Muara Dua Kisam ada Gereja.
Pada tanggal 14 maret 1986 pastor Harjo
dan pak Soedjijanto dengan dikawal oleh tentara anggota Kodem Thomas Slamet.
Sebab pastor Harjo agak ragu, karena orang-orang itu dari Lampung, sebab di
Lampung ada G.P.K. Mujahidin di Way Jepara. Akhirnya setelah Gereja berdiri
diberi nama Santo Thomas, dengan alasan pastor Harjo ragu, dan yang mengawal
Thomas Slamet.
Pada tanggal 17 Maret 1986 di setasi
Muara Dua pastor Harjo menugaskan kepada pak Soedjijanto untuk melayani
pelajaran agama katolik dan ibadat sabda kepada umat Muara Dua dan Muara Dua
Kisam sebulan sekali. Pada saat itu dari pasar Kisam sampai di Sumberagung di
tempuh dengan jalan kaki, lebih kurang empat kilo meter. Jalannya jahat, naik
turun dan licin sekali, serta banyak pacet (lintah darat). Pelayanan untuk pak
Soedjijanto malam Senin di kring Gunung Gara dan malam Selasa di kring
Sumberagung. Selasa pagi pastor datang melayani Perayaan Ekaristi. Sorenya pak
FX. Soedjijanto pulang bersama pastor. Pada tanggal 9 Agustus 1988 didirikan tempat ibadat sederhana,
inisiatif umat sendiri, dengan dinding papan, atap bambu (glumpai) lantai
tanah. Tempat ibadat tersebut diberkati oleh pastor Harjo pada tanggal 25
Oktober 1988. Perkembangan umat saat ini telah menjadi 18 keluarga dan ada dua
keluarga katakumen muda.***
Bagus punya ide untuk menulis sejarah berdirinya Gereja.
BalasHapusDilanjutkan saja lebih bagus lagi kalau bisa satu paroki. Tuhan Memberkati.
Alamat Gerejanya d mana?
BalasHapusAlamat paroki nya, Desa Batuputih, Kec. Baturaja Barat, Kab. Ogan Komering Ulu, Prov. Sumatera Selatan.
HapusPosting diatas sejarah stasi dr Paroki Sang Penebus Batuputih.
Maaf saya minta alamat Gereja Stasi yang ada di gemiyung saya asli dari suka raja dan sekarang tinggal di muaradua dan sekarang lagi mencari Gereja yang ada di muaradua
HapusMaaf saya minta alamat Gereja Stasi yang ada di gemiyung saya asli dari Sukaraja sekarang tinggal di muaradua dan lagi mencari Gereja yang ada di muaradua
BalasHapus